Hingga Maret 2008, Totti menjadi pemain aktif yang mencetak gol terbanyak di Serie-A. Total dia sudah membuat 165 gol atau jika dirata-rata 0,42 gol per pertandingan.
DI dunia sepak bola yang kian materialistis ini, jarang ada pemain seperti Francesco Totti. Kapten AS Roma ini begitu unik karena berani menolak segepok uang hanya demi bertahan di tim yang membesarkannya.
Padahal tak sedikit klub besar Eropa yang meminatinya. Sebut saja Real Madrid, AC Milan, Inter Milan, hingga Juventus. Namun Totti bergeming. Dia lebih memilih bersama Roma yang telah dibelanya sejak dari junior.
Totti memang dibesarkan oleh akademi sepak bola Roma. Talentanya sejak kecil sudah terlihat istimewa. Terbukti, semasa junior, Milan telah mendekatinya. Namun sang ibu, Fiorella menolaknya karena tidak ingin anaknya pergi meninggalkan Kota Roma. Jadilah pada 1989, Totti kecil masuk ke tim junior Roma.
Tiga tahun berselang, tepatnya pada musim 1992-93, Totti memulai kariernya sebagai pemain professional. Di musim itu dia dimainkan dua kali di Serie-A. Namun karier Totti baru melejit pada musim 1994-95 yang ditandai dengan 21 penampilan di Serie-A. Pada musim ini juga Totti mulai mengamankan tempat di susunan pemain starter Roma.
Posisi asli Totti sebenarnya adalah striker. Namun penggemar Giuseppe Giannini ini juga piawai dalam mengumpan. Ini membuatnya tak canggung dimainkan sebagai penyerang kedua. Bahkan mungkin inilah posisi terbaik yang bisa dimainkan oleh Totti.
Meski demikian, Totti juga lihai dimainkan di posisi lain. Pada masa dilatih Zdenek Zeman, pemain kelahiran 27 September 1976 ini bermain sebagai winger kiri dalam pola 4-3-3 yang dipakai Roma. Tapi itu tidak mengurangi ketajamannya. Faktanya antara musim 1997-98 dan 1998-99, Totti menceploskan 25 gol di Serie-A.
Lama kelamaan Totti makin dicintai Romanisti. Pada 1997, dia sudah dipercaya menjadi kapten I Giallorossi. Hingga kini posisi itu terus dipertahankannya.
Sebuah hal yang wajar karena Totti adalah segala-galanya bagi Roma. Dialah yang memimpin Roma merebut scudetto pada musim 2000-01. Ketika itu, di bawah asuhan pelatih Fabio Capello, Totti yang dimainkan di belakang dua penyerang menjadi ispirator serangan Roma. Tak ayal, Totti merebut gelar pemain terbaik Italia 2001.
Sesudahnya Totti terus menjadi pemimpin bagi timnya. Ketajamannya juga tidak berkurang. Itu ditandai dengan gol keseratusnya di Serie-A yang dicetaknya ke gawang Inter Milan pada 3 Oktober 2004.
Saat Roma mulai dilatih oleh Luciano Spalletti, peran Totti bertambah besar. Kali ini dia dipercaya sebagai ujung tombak dalam pola 4-2-3-1. Namun lagi-lagi Totti menjadi striker istimewa. Dia tidak hanya bertugas mencetak gol, namun juga membuka ruang bagi gelandang serang di belakangnya.
Toh, peran itu tidak mengurangi ketajamannya. Sebaliknya Totti menemukan masa keemasannya dalam menjebol gawang lawan. Buktinya Golden Boot 2007 direbutnya usai mencetak 26 gol di Serie-A pada musim 2006-07.
Sekarang Totti bertambah tidak tergantikan di dalam tim Roma. Hingga akhirnya muncul keyakinan, permainan Roma pasti akan memble jika tidak ada Totti, atau jika Totti bermain buruk.
0 komentar:
Posting Komentar